MGMP PAI SMA KOTA SEMARANG

Esensi Budaya Sungkeman

artikel guru Juni 22, 2017

<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifnVYI2yFMcjnQRDThyUUF9-UZcnSp4127wC3Zq5ZEGvEeyQjvirGX7wBlZt-S2PGggC6oDJR83ziVUhI_Ar5MSiCIoX-3B-hhr7DPuptuyGbKqwYKqwBTOa8X3aqM9Jz8H4ULZMfsbTs/s1600/nanang+qosim+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1391" data-original-width="990" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifnVYI2yFMcjnQRDThyUUF9-UZcnSp4127wC3Zq5ZEGvEeyQjvirGX7wBlZt-S2PGggC6oDJR83ziVUhI_Ar5MSiCIoX-3B-hhr7DPuptuyGbKqwYKqwBTOa8X3aqM9Jz8H4ULZMfsbTs/s320/nanang+qosim+2.jpg" width="227" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nanang Qosim, S.Pd.I</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Sungkeman merupakan budaya Jawa yang lebih identik dengan budaya kekeratonan. Tidak dipungkiri, sebab budaya ini lahir memang dari keraton. Meruntut, budaya ini lahir pertama kali ketika dulu seusai melakukan Shalat Idul Fitri Pangeran Sambernyawa julukan dari Mangkunegara I yang memerintah di Keraton Surakarta, menyuruh seluruh pengawal dan dayang-dayang istana untuk berkumpul di</span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">balai istana. Setelah berkumpul para pengawal dan dayang pun melakukan sungkem kepada Raja dan Permaisurinya berurutan. Begitulah ceritanya sampai ada tradisi sungkeman di Jawa.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Budaya sungkeman juga memiliki maksud untuk menunjukkan penghormatan kepada orang yang lebih tua. Dengan maksud pula untuk <i>nyuwun pangapura</i>, memohon maaf atas segala kesalahan yang </span><span style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">pernah </span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">dilakukan. Supaya dari yang tua dan muda pun saling memaafkan sesudah melewati bulan Ramadhan. Dari hal itulah, masyarakat umum lainnya mulai meniru budaya sungkeman tersebut. Yang tentunya juga, dengan andil para ulama dahulu yang mencoba menggabungkan budaya Jawa dan Islam. Sehingga budaya sungkeman ini bisa merambah kesemua kalangan. Dalam  perkembangannya, budaya ini pun berubah menjadi sebutan halal bi halalan seusai Shalat Idul Fitri. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Itulah kearifan para ulama di Jawa yang punya ide untuk mengakulturasikan ke dua budaya tersebut. Untuk kesejahteraan dan kerukunan antar umat beragama. Sebab, bila melihat era sekarang budaya tersebut seakan telah menyebar ke seluruh Indonesia. Hal itu pun tak hanya melibatkan sesama umat Islam, me</span><span style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">l</span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">ainkan umat agama lain pun juga ikut terlibat.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Budaya yang menunjukkan implikasi dari Puasa Ramadhan sebulan ada imbasnya. Dengan saling memaafkan, tak ada lagi benci, amarah, dan dendam terhadap sesama manusia. Dalam ajaran Islam memang tidak mengatakan kalau sesudah puasa Ramadhan harus saling memaafkan. </span><span style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Sebagaimana</span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Islam mengajarkan kata maaf harus dilakukan setiap waktu, jika bersalah maka wajiblah ia meminta maaf. Tidak harus menunggu sampai Ramadhan datang.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Budaya bersalam-salaman dan bermaafan seusai Shalat Idul Fitri pun hanya terjadi dimasyarakat Indonesia saja. Sebab, jika melihat di negara-negara Timur Tengah tiadalah budaya seperti itu. Adanya di sana hanya bersalaman sebagai tanda persaudaraan dan keakraban yang telah terjalin.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Eksistensi Sungkeman<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Melihat era globalisasi sekarang, </span><span style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">dimana</span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya telah berkembang pesat. Budaya saling memafkan secara langsung pun mulai terkikis. Setelah maraknya alat komunikasi dan transportasi. Kata maaf pun tidak harus dilakukan secara langsung, melainkan bisa dilakukan dengan mengirim </span><span style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">lewat medsos yang dipunyai, baik melalui SMS/WA/BBM/Line/Facebook atau sejenisnya, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"> ataupun </span><span style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">dengan cara </span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">menelepon orang yang akan diminta mohonkan maaf.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Bila dahulu sewaktu penulis kecil, halal bi halalan bisa dilakukan selama seminggu lebih. </span><span style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Dan m</span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">asih saja ada orang yang berkunjung untuk bersalaman dan meminta maaf. Apalagi biasanya kalau orang Jawa bila berkunjung, pasti minimal harus singgah terlebih dahulu untuk mencicipi jajanan atau makanan di</span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">rumah yang dikunjungi.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Tapi melihat masa sekarang, sudah sedikit berbeda. Karena, sekarang biasanya orang-orang tak lagi harus berkunjung ke setiap rumah. Ada <i>handphone</i>yang bisa digunakan, sehingga masyarakat sekarang kebanyakan setelah melakukan Shalat Idul Fitri langsung pergi rekreasi bersama keluarganya.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Lalu bagaimanakah nasib budaya sungkeman? Budaya s</span><span style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">u</span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">ngkeman pada zaman sekarang mungkin masih bisa eksis di</span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">kalangan keraton. Tapi kalau di</span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">kalangan masyarakat umum pasti dipertanyakan keeksistensiannya. Mengingat, budaya sungkeman juga bukan budaya yang efektif. Karena, butuh prosesi tersendiri dalam melakukan kebudayaan tersebut. Sehingga banyak orang yang lebih memilih hanya bersalaman saja.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Padahal bila melihat esensi dari budaya sungkeman itu sendiri sangatlah penting. Dari sungkeman itu dapat menjadi media penghormatan kepada yang tua. Sebagai sarana berkumpul, menambah keakraban antar sesama keluarga dan mempererat tali persaudaraan. Tapi, semua itu kembali lagi ke setiap individu mau menggunakan budaya yang mana. Pastinya per kepala punya kebiasaannya masing-masing dalam melewati hari-hari lebaran. Patutnya harus digunakan semaksimal mungkin untuk saling memaafkan. Sebab, bagaimana mungkin bila mengharap ampunan dari Allah sementara itu kita enggan untuk meminta maaf atau pun memaafkan orang lain.  <o:p></o:p></span></div>
</div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Sumber : <a href="http://pcnukotasemarang.com/esensi-budaya-sungkeman/">http://pcnukotasemarang.com/esensi-budaya-sungkeman/</a></span></div>

Esensi Budaya Sungkeman

Nanang Qosim, S.Pd.I Sungkeman merupakan budaya Jawa yang lebih identik dengan budaya kekeratonan. Tidak dipungkiri, sebab budaya ini ...

Baca selengkapnya »

Puasa dan Budaya Berbagi

artikel guru Juni 19, 2017

<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifnVYI2yFMcjnQRDThyUUF9-UZcnSp4127wC3Zq5ZEGvEeyQjvirGX7wBlZt-S2PGggC6oDJR83ziVUhI_Ar5MSiCIoX-3B-hhr7DPuptuyGbKqwYKqwBTOa8X3aqM9Jz8H4ULZMfsbTs/s1600/nanang+qosim+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1391" data-original-width="990" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifnVYI2yFMcjnQRDThyUUF9-UZcnSp4127wC3Zq5ZEGvEeyQjvirGX7wBlZt-S2PGggC6oDJR83ziVUhI_Ar5MSiCIoX-3B-hhr7DPuptuyGbKqwYKqwBTOa8X3aqM9Jz8H4ULZMfsbTs/s320/nanang+qosim+2.jpg" width="227" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nanang Qosim, S.Pd.I</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Bagi kebanyakan orang, termasuk di lingkungan para pelajar di sekolah, hitungan menambah, mengurangi, mengalikan, dan menjumlahkan jauh lebih mudah daripada hitung membagi. Akan tetapi yang cukup menarik di sini adalah bahwa ternyata kesulitan membagi itu juga tergambar dalam sikap kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Memang dalam kehidupan ini yang paling sulit dilakukan adalah berbagi. Lihatlah kenyataan dewasa ini, banyak sekali orang yang suka menghitung-hitung kepemilikan dan pendapatannya dan bahkan pendapatan orang lain dengan mengeluarkan energi dan waktu yang tidak sedikit. Akan tetapi sangat sulit yang dilakukan adalah membagi sebagian dari apa yang dimilikinya kepada orang lain yang membutuhkannya. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Kesulitan menegakkan budaya berbagi itu akan diperparah oleh tidak adanya upaya para orang-orang tua menginternalisasikan sikap berbagi itu pada anak-anak mereka. Allah Swt., menyindir kecenderungan menghitung-hitung kekayaan itu sebagai tradisi abadi manusia. Sebabagimana firman-Nya: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. sampai kamu masuk ke dalam kubur. (QS. Al-Takâsur: 1-2). <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Memandang Mulia<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Islam memandang mulia kedudukan orang-orang yang memiliki kekayaan (<i>aghniyâ’</i>). Sebab mereka dapat memberi manfaat besar bagi lingkungan dan deerah di mana ia hidup. Bahkan dalam perspektif Islam manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi yang lain (<i>khairunnâs ‘anfa’uhum linnâs</i>). Sebab, seperti disebut Nabi, orang kaya merupakan salah satu pilar atau sendi bangunan masyarakat yang sejahtera, di samping penguasa, ulama, dan do’a para fakir miskin (al-Hadîs).<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Banyak contoh para pemimpin yang mendaratkan budaya berbagi itu. Khadijah, <i>ummul mikminîn</i> dan Usman ibnu ‘Affân telah mendaratkan budaya berbagi itu dalam kehidupan mereka. Dari jajaran orang kaya penguasa terlihat Umar inbu ‘Abdul ‘Aziz , yang sering disebut sebagai Khulafaurrasyidin yang kelima, dan Harun al-Rasyid pada dinasti Abbasiyah. Mereka telah mendaratkan budaya berbagi itu dalam kehidupan dan dalam pemberdayaan masyarakat mereka.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Islam memandang mulia orang yang memiliki budaya berbagi, dan memperingatkan bahwa budaya berbagi itu tidak hanya harus ditegakkan oleh orang yang berkecukupan melainkan oleh setiap orang. Bedanya hanya terdapat pada kuantitas dan kualitas yang dibaginya. Sebab dalam apa yang mereka miliki terdapat hak orang lain yang membutuhkan. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Kelalaian seseorang untuk berbagi, apalagi secara sengaja tidak mau berbagi, akan menyebabkan dirinya teralienasi dari manusia dan Tuhan, yang kurang lebih dapat diillustrasikan sebagai berikut: “Anda akan menemuinya jauh dari Tuhan, dari Nabi, dan dari manusia. Akan anda temui dia selalu sombong dan memandang orang sebelah mata. Jika bicara selalu menghina dan melukai perasaan orang lain. Jika memberi ia pamrih dan mendikte. Dia selalu minta agar orang lain berlutut dan tunduk padanya. Rasa kepedulian tidak pernah bersemi dalam prilakunya”.Terang saja bahwa keengganan sebagian orang untuk berbagi akan memunculkan kecemburuan dan berbagai kerawanan sosial, yang pada akhirnya mengganggu ketenangan dan kenyamanan masyarakat, termasuk para pemilik harta.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Menumbuhkan Berbagi <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Ramadhan adalah momentum untuk menumbuhkan kembali budaya berbagi di tengah masyarakat kita, karena disini seorang muslim diminta untuk dapat mendaratkan budaya berbagi secara mengesankan. Rasulullah Saw meminta orang yang berpuasa untuk membagi bukaannya pada jirannya, dan di bagian akhir Ramadhan seorang muslim diminta untuk menyepurnakan ibadahnya dengan membayar zakat fitrah. Seorang muslim yang memiliki budaya berbagi paling tidak ditandai oleh empat karakternya. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Pertama, ia yakin sepenuhnya bahwa pemilik hakiki dari kekayaannya adalah Allah SWT, yang ia miliki adalah hak guna pakai. Dengan demikian ia tidak penah sombong karena kepemilikannya. Kedua,orang yang memiliki budaya berbagi selalu sadar bahwa fungsinya hanyalah fungsi distributif. Oleh karenanya ia selalu berusaha meningkatkan kuantitas dan kualitas kekayaannya secara legal, kemudian memiliki kepedulian dengan membagi hak-hak orang lain yang ada dalam hartanya.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Ketiga, humanistik, dia sadar bahwa dirinya adalah manusia biasa. Kalaupun ia berbeda dengan yang lain, bukan dalam hal kemanusiaan, melainkan kewajiban untuk menyantuni mereka. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Dengan demikian ia tidak akan menganggap enteng orang ia pernah atau sering memberi kepadanya. Keempat, amanah, memiliki kesadaran bahwa apa yang dimilikinya adalah titipan Tuhan yang sewaktu-waktu dapat diambil-Nya. Untuk itu ia akan bertindak sebagai pemegang amanah yang baik, menggunakan kekayaannya hanya untuk sesuatu yang direstui pemiliknya, Allah Swt.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Begitulah, kita perlu menginternalisasikan budaya berbagi ini pada segenap anggota keluarga. Berilah sedikit harta agar mereka langsung memberikannya kepada yang membutuhkan. Beri pula pembekalan pada mereka bahwa pemberian pada yang lain bukan berdasar belas kasihan tetapi berbasis kewajiban; kita wajib membaginya dan kitatidak berhak memandang enteng terhadap orang yang kita pernah atau sering memberi kepadanya.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "verdana" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Sumber : <a href="http://www.nu.or.id/post/read/78946/puasa-dan-budaya-berbagi">http://www.nu.or.id/post/read/78946/puasa-dan-budaya-berbagi</a> <o:p></o:p></span></div>
</div>

Puasa dan Budaya Berbagi

Nanang Qosim, S.Pd.I Bagi kebanyakan orang, termasuk di lingkungan para pelajar di sekolah, hitungan menambah, mengurangi, mengalikan,...

Baca selengkapnya »

MGMP PAI SMA KOTA SEMARANG

MKRdezign

Breaking News

Technology

Esensi Budaya Sungkeman

Puasa dan Budaya Berbagi

Postingan Populer

ArsipTulisan