Di era serba teknologi ini, informasi sangat mudah didapatkan. Dalam hitungan menit, bahkan detik informasi sudah ada dalam genggaman. Kehadiran teknologi informasi tentu memberi manfaat yang besar di setiap lini kehidupan manusia. 
Namun, keberadaan teknologi tidak selalu memberikan dampak positif. Misalnya, anak-anak zaman sekarang lebih akrab dengan game online dan PlaysSation ketimbang permainan tradisional. Akhirnya, banyak di antara mereka yang sering abai terhadap tugas utamanya, yaitu belajar
Salah satu syarat utama dalam belajar adalah kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan membaca tidak hanya dipahami sebagai kemampuan dalam membaca, mengeja, dan merangkai huruf dari A hingga Z. Melainkan sebuah kemampuan dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas hidup dengan cara membaca. Demikian halnya kemampuan menulis, tidak dipahami sebagai kemampuan dalam menuliskan bentuk-bentuk huruf A hingga Z ataupun merangkai sebuah kata saja. Melainkan sebuah kemampuan dalam mengomunikasikan ide dan gagasan melalui sebuah media tulisan kepada orang lain. 
Ironisnya, di Indonesia, kegiatan menulis dan membaca belum menjadi kebutuhan bagi sebagian masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat statistik (BPS), selalu memberikan kabar yang tidak membuang senang untuk kita, yaitu menunjukkan budaya baca dari tahun ke tahun mengalami kemerosotan, sementara budaya menonton mengalami peningkatan. 
Ironis, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan budaya baca di Indonesia. Membaca dan menulis ibarat dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Seseorang yang suka membaca akan mempunyai cara berpikir yang lebih baik. Maka sudah sepantasnya bila kegiatan membaca menjadi kebutuhan hidup bagi setiap orang.
Dengan membaca, seseorang dapat mengetahui informasi apa pun yang ada di seluruh belahan dunia sehingga akan membuka cakrawala pengetahuan mereka. Tidak heran bila ada ungkapan bahwa dengan membaca menjadikan orang lebih bijaksana. Sedangkan dengan menulis, seseorang bisa menyalurkan ide, gagasan, dan kreativitas mereka kepada orang lain. Dengan kata lain, menulis adalah salah satu media komunikasi kepada orang lain atas apa yang sudah dibaca sebelumnya.

Sedari dini
Budaya baca dan menulis harus ditanamkan sejak dini. Pada dasarnya, anak ibarat tanaman, hanya akan tumbuh subur bila mendapatkan asupan gizi berupa pupuk yang layak dan sesuai. 
Upaya ini bisa diawali dari peran orangtua di dalam keluarga. Misalnya dengan membacakan dongeng yang bersumber dari buku sebagai pengantar tidur. Dalam hal ini dibutuhkan sosok orangtua yang gemar membaca. Karena bagaimanapun orangtua adalah guru pertama sekaligus panutan bagi seorang anak. Maka, sudah sewajarnya bila orangtua tidak hanya bisa menyuruh anak membaca, tetapi juga bisa memberikan contoh.
Bila perlu, setiap sudut rumah dikelilingi buku bacaan, minimal dua buku di setiap sudut rumah. Tanpa disadari hal tersebut akan merangsang anak menjadi lebih dekat dengan buku bacaan. Selain itu, orangtua juga bisa menjadwalkan minimal satu bulan sekali untuk berkunjung ke toko buku dan membiarkan anak memilih buku khusus anak-anak yang mereka sukai. Dengan demikian, anak tidak akan merasa terpaksa untuk membaca.
Setelah anak sudah mulai mempunyai rasa senang membaca, tugas orangtua selanjutnya adalah mendorong mereka agar mau menuangkan apa yang sudah mereka pahami dari membaca.
Kegiatan menulis ini bisa diawali dengan mengajak mereka menuliskan hal-hal ringan yang mereka sukai. Misalnya menuliskan mimpi yang mereka alami pada saat tidur atau cerita menarik saat sekolah dan lain sebagainya. Agar anak lebih termotivasi, orangtua bisa memberikan reward pada anak yang kiranya dapat meningkatkan minat baca tulis mereka.
Upaya di atas hanya sebagian kecil dari berbagai upaya dalam meningkatkan minat baca anak. Semoga adanya upaya-upaya kecil tersebut anak-anak generasi sekarang lebih gemar membaca dan menulis. Nantinya, mereka akan tumbuh dan berkembang sebagai generasi yang berwawasan luas, bermoral serta mampu mengharumkan nama bangsa. Semoga.

Penulis adalah Nanang Qosim, S.Pd.I
Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti SMA Negeri 15 Semarang

Tulisan dimuat di Koran Wawasan Sabtu Pahing, 9 September 2017

 
Top