Tak terasa sebentar lagi kita dipertemukan kembali dengan
bulan suci Ramadan. Sebagai manusia yang taat, kewajiban kita kepada Ilahi
adalah memanjatkan rasa syukur kepadaNya. Mengingat sebagai hamba yang tak
berkuasa, bisa saja kita tidak dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadan
di tahun ini. Tetapi berkat kasih sayang Allah dan kuasaNya, kita bisa bertemu
kembali dengan bulan Ramadan.
Kenikmatan
yang Allah berikan kepada hambanya, khususnya yang masih hidup dan masih bisa
bernafas, menghirup udara bebas, merupakan salah satu nikmat besar dariNya yang
patut menjadikan kita tambah ingat kepadaNya, serta menambah kualitas ketaqwaan
kita kepadaNya. Sekaligus dengan langkah siap dan tegap untuk meraih kesempatan
serta meraih berbagai kebaikan dan keberuntungan yang telah disediakan oleh
Allah di dalam bulan Ramadan.
Sebagaimana
yang sudah diketahui bersama, bahwa Ramadan adalah bulan yang penuh dengan
keistimewaan, dibandingkan bulan-bulan yang lain. Keistimewaan yang ada pada
bulan Ramadan, seperti rahmatNya bertebaran di mana-mana, ampunan terbuka
lebar-lebar, pintu-pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup rapat-rapat,
setan-setan dibelenggu, serta pahala dilipatgandakan. Berkah yang sangat besar
pada bulan Ramadan menjadikan umat Islam semakin rajin beribadah.
Semakin
kita beribadah di bulan Ramadan, maka kualitas hidup kita akan semakin bermakna
di hadapan Allah. Meski di dalam bulan Ramadan beranekaragam cara kita dalam
menyambutnya dan melakukan berbagai bentuk kegiatan, tapi yang paling pas
dijadikan teladan dalam menyambut dan mengisi bulan suci Ramadan adalah
mengamalkan amalan-amalan Rasulallah, para sahabatNya dan salafus shalih.
Marhaban
ya Marhaban
Datangnya
Ramadan, tidak terlepas dari kalimat “Marhaban Ramadan” yang biasa kita dengar
di pelbagai sudut mana pun. Banyak kaum Muslimin yang mengungkapkannya, tatkala
menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Makna dari kalimat tersebut adalah
adanya ”rasa senang, gembira, dan bahagia” dalam hati kita yang mengaku orang
Islam, dengan datangnya bulan suci Ramadan. Perasaan senang, gembira, dan
bahagia karena bisa bertemu lagi dengan bulan Ramadan.
Sebagai bulan yang istimewa, Ramadan adalah
bulan yang menjadi candu bagi umat Islam, bulan yang selalu di dambakan oleh umat
Islam. Pelbagai harapan kerap muncul dan bertebaran saat memasuki bulan Ramadan.
Ramadan
akan membawa berbagai kebaikan dan keberuntungan yang tidak terhingga nilainya,
dengan catatan bagi siapapun yang mau mengamalkan amalan saleh di bulan suci
Ramadan ini. Setidaknya kebaikan yang ada dalam bulan suci Ramadan antara lain
adalah melalui ibadah puasa Ramadan kita akan meraih takwa sesungguhnya. Sebagaimana
dalam firman Allah Swt. di dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 183; Yang
artinya: “Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa,
sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.
Melihat
maksud arti ayat di atas, menunjukkan bahwa keberuntungan pertama yang akan
didapatkan kita dengan kedatangan bulan Ramadan adalah menjadi orang bertakwa
melalui ibadah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadan. Dan jika seseorang
telah menjadi orang bertakwa, berarti ia telah memiliki sebuah kunci utama
untuk meraih berbagai keberuntungan dan dengan mudah memasuki surga Allah Swt.
Ramadan
adalah bulan yang di dalamnya setiap kebaikan atau amal shaleh yang dilakukan
setiap Muslim yang berpuasa, akan mendapatkan pahala berlipat-lipat banyaknya
yang diberikan Allah Swt. kepada siapapun yang Allah ridhai puasanya. Sebetulnya
secara substansi, karena bulan Ramadan penuh dengan pemberian yang Allah
janjikan kepada kita semua, maka sangat rugi bila kita tidak mau
berbondong-bondong berbuat baik. Tetapi kembali lagi, berbuat baik tidak harus
menunggu bulan suci, di bulan-bulan lain pun sah-sah saja untuk mengamalkan
amalan saleh.
Banyaknya
investasi pahala di bulan puasa, memberikan stimulus bagi kita untuk selalu
mengerjakan amalan saleh di setiap gerak-gerik kita. Walaupuan ada kuantitas
kesalehan, baik individu maupun sosial tak sebanding dengan kesalehan selama
Ramadan. Hal itu terjadi karena pada bulan Ramadan segala amal saleh dilipat
gandakan dan dikuadratkan dengan nilai lebih. Perburuan pahala yang menggiurkan
bagi orang awam jelas diperbolehkan bahkan sangat dianjurkan. Dalam sebuah
hadits Qudsi disebutkan, “Puasa itu milikku (Tuhan) dan hanya Aku jua yang akan
membalasnya.”
Pengakuan
Tuhan bahwa puasa itu adalah miliknya menunjukkan terjadi pengistimewaan pada
bulan ini. Seolah pengakuan itu tidak boleh ada pihak lain yang ikut campur.
Artinya, hanya Allah yang punya kehendak terhadap apa saja yang hamba lakukan
pada bulan suci Ramadan. Dari latar belakang tersebut, umat Muslim semakin
yakin dengan kehebatan bulan suci Ramadan, sehingga mau tidak mau, jangan
sampai keistemewaannya terlupakan begitu saja dan tidak digubris sama sekali
akan wujudnya dalam berbagai dimensi.
Membentuk
Pribadi Tangguh
Oleh
karena itu, momentum Ramadan di tahun ini hendaknya dijadikan satu ikhtiar
untuk membentuk pribadi tangguh, berkarakter, yang darinya bisa memiliki
kemampuan untuk mewujudkan masyarakat salam, yaitu satu masyarakat yang penuh
dengan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan, dapat diimplementasi dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari, sebagaimana nyatanya peradapan Madinah di
bawah kepemimpinan Rasulullah Saw. Akhirnya, bisa merubah zaman
“jahiliah modern” seperti sekarang ini, menjadi zaman modern yang beradab.
Sesungguhnya
esensi puasa tak sekadar berdimensi hubungan vertikal hamba dengan Khaliknya.
Tapi, juga harus berdimensi kemanusiaan, yaitu sebuah ghiroh (semangat) untuk
mewujudkan peradaban mulia ketika seluruh masyarakatnya mampu merasakan
kedamaian dan mendapatkan kesempatan yang sama dalam kesejahteraan. Hal ini
bisa tercipta bila kaum Muslim semunya memiliki keihklasan untuk berbagi,
bersikap saling memaafkan, membuka pikiran, sikap, serta perilaku untuk berbuat
baik dan meninggalkan segala kelalaian yang berujung pada kesalahan. Penulis
adalah Nanang Qosim, S.Pd.I (Guru
PAI dan Budi Pekerti SMA Negeri 15 Semarang)